November 2015 - Vika Vilanti

Sunday, 29 November 2015

Amaryllis! Kebun Bunga Tahunan, Pesona Puspa Pathuk
November 29, 2015 2 Comments


Yogyakarta emang nggak ada habisnya menjadi destinasi wisata bagi turis lokal ataupun turis mancanegara. Akhir-akhir ini ada destinasi wisata baru di Jogja, tepatnya di Jalan Jogja-Wonosari, Dusun Ngasem Ayu, Desa Salam, Pathuk, Gunung Kidul. Alamat nya aku dapat dari broadcast teman di group chatting. Lokasi nya tepat di pinggir jalan, kendaraan yang melintas pasti bisa melihat sepintas kebun bunga ini. Agar lebih menikmati, mereka bahkan sengaja berhenti untuk sekedar selfie.

Lili Jawa atau Amaryllis atau Brambang Pocot (orang sekitar menyebutnya) ini mekar sekali setahun pada awal musim penghujan, begitu yang aku dengar dari Bapak yang berbicara lewat speaker saat aku berkunjung ke lokasi Minggu (29/11) pagi tadi. Dari penjelasan tambahan, beliau juga memberikan informasi kalau bunga ini mekar selama kurang lebih 15 hari, dan hari ini (minggu) adalah hari ke-10. Jadi masih ada sekitar 5 hari lagi untuk menikmati bunga indah ini. Walaupun di artikel lain banyak yang mengabarkan bunga ini mekar selama 3 minggu, sebelum akhirnya layu.

Banyaknya foto selfie atau groufie yang menyebar luas di social media, membuat taman bunga tahunan ini segera menjadi viral di dunia maya. Warga Jogja khususnya tidak perlu jauh-jauh ke Taman Bunga Keukonhof yang berlokasi di Belanda atau Gardens by The Bay di Singapura. Sisa hari mekar nya bunga sebelum kelopak layu dan gugur, lokasi kebun sudah hancur karena di injak-injak oleh pengunjung yang mengabadikan moment mereka.


Bahkan masih ada yang berani groufie :(

Tiba di lokasi hingga pulang, miris ngeliat pengunjung lain yang dengan santainya berfoto ria. Baiklah ini mungkin bukan salah mereka, karena aku yakin dari beberapa hari yang lalu sebagian besar bunga sudah rusak oleh pengunjung yang datang sebelumnya. Bahkan agar bisa berfoto dengan si Amaryllis ini, aku rela cuma berdiri di tangga dan mengambil foto dengan bunga yang ditanam di dalam pot. Aneh, mungkin itu sangka pengunjung lain yang ngeliat aku fotoan dengan bunga dalam pot, nggak pa pa lah. Lebih baik tidak disamakan seperti pengunjung yang di hujat-hujat bahkan di labeli "the noraks" atau "404 brains not found". Serem T_T

Tidak ingin ikut-ikutan menghakimi mereka, tidak sama sekali, hanya ikut sedih saja. Banyaknya media yang memberitakan rusaknya lokasi kebun bunga ini membuat banyak netizen lain ikut-ikutan marah, ikut-ikutan emosi. Padahal sih, mereka belum tahu kejadian di lapangan seperti apa. Pekerjaan pemilik kebun memang penjual tanaman dan kebun tidak di desain menjadi tempat wisata, sehingga tidak ada jalan yang aman ke tengah kebun agar bunga-bunga tidak terinjak. Ini seperti apa yang aku lihat langsung ya. Nggak percaya? Ini buktinya :


Ada jalan setelah terinjak-injak

Hingga artikel ini diturunkan, wall facebook ku masih dipenuhi oleh share berita tentang Puspa Pathuk ini, yang membuat sedih lagi adalah teman-teman atau netizen lain ikut mencela atau sekedar mendo'akan do'a-do'a jelek kepada beberapa orang yang mengupload foto mereka (yang jelas-jelas menginjak dan tidak merasa bersalah sama sekali).

Oke mereka salah, anggaplah tidak berasa bermasalah, baiknya kita yang merasa normal tegurlah dengan cara baik-baik, atau sekedar mendo'akan agar mereka menyesali perbuatan nya dan meminta maaf. Tidak ikut memaki apalagi mendo'akan mati terinjak-injak (ini beneran saya nemuin komentar dari temen di facebook), Na'udzubillah... Posisikan diri, jika banyak orang yang mendo'akan yang jelek-jelek buat kita? Terus kalo ternyata do'a orang itu di ijabah Allah SWT, gimana? Mau mati ke injak-injak? Kalo aku sih nggak ya.

Kecenderungan masyarakat kita (Indonesia) ini cepet terpengaruh, gampang di propaganda, mudah percaya. Tapi sulit untuk cari tahu, malas untuk kroscek benar tidak nya berita, dan malas bertanya. Come on guys, be smart person (aku pun sedang belajar, dan akan terus belajar, insyaAllah), kalo kamu gimana?

Bonus gambar!
NOTE gambar karya sendiri, foto dari hape sendiri, kalo mau dipake izin dulu ya :D

Tanda arah masuk ke lokasi

(atas) Pengunjung yang datang, (tengah) Pemilik sedang di wawancara, (bawah) Bapak yang mengarahkan pengunjung agar tidak merusak bahkan meminta maaf karena kebun tidak sebagus di foto

Masuk Lokasi tidak dipungut biaya, hanya ada sumbangan biaya perawatan seikhlasnya

Foto Dengan Amaryllis yang Ada di Dalam Pot

Membuat Batasan Sendiri Agar Tidak Foto di Tengah Kebun

Bibit Siap Jual Pemilik Kebun Amaryllis

Penjual Amaryllis Pinggir Jalan


Read more

Monday, 23 November 2015

Proses Itu...
November 23, 2015 2 Comments

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Proses adalah runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Kalau menurut ku proses itu memiliki arti sama dengan waktu.

Menjadi berilmu itu perlu waktu. Waktu untuk belajar, mengerti hingga memahami ilmu itu sendiri. Menjadi dewasa itu perlu waktu. Waktu untuk menyadari sudah bukan waktunya lagi untuk bertindak seperti kanak-kanak. Menjadi terkenal itu perlu waktu. Waktu untuk berjuang dari casting yang satu ke casting yang lainnya. Menjadi sukses itu perlu waktu. Waktu untuk menikmati setiap peristiwa yang dilalui tahap demi tahap.

Dewasa ini, tidak banyak orang yang menikmati proses. Kebanyakan orang menginginkan hasil yang instan, hasil yang cepat, hasil yang seketika saat itu bisa dilihat tanpa merasakan pahit manis nya proses yang seharusnya mereka lewati. Sejatinya proses akan membangun sikap bermental baja bagi seseorang. Tapi kebanyakan orang itu pula mengabaikan bahwa ada proses yang harus mereka lewati untuk menjadi sukses.

Sukses menjadi juara, sukses menjadi sarjana, sukses menjadi pengusaha, ataupun sukses menjadi . . . (silahkan isi sendiri ya temans :D).

Akhir-akhir ini aku sedang menggeluti dunia bisnis perjamuran (bahasa nya di lebay kan dikit), tepatnya sih budidaya jamur tiram. Dari cerita teman yang lebih dulu terjun langsung hasilnya menjanjikan, dalam tiga bulan sudah balik modal. Tapi apa yang aku jalani tidak semanis cerita teman ku.

Singkat cerita minggu pertama panen hasil tertinggi yang kami (aku dan suami) dapatkan sebanyak 51 kg. Kemudian menurun menjadi 21  kg., 12 kg., 10 kg., 8 kg., 6 kg., 5 kilogram. Bahkan berat terkecil pernah mencapai 2 kg., saja. Kondisi seperti ini membuat ku dan suami jujur saja drop. Masa hidup jamur kalau kata ahlinya 3-4 bulan, tetapi aku coba hitung hasil terburuknya. Pernah beberapa kali hitung-menghitung dengan hasil rata-rata 5 kg., perharinya selama 3 bulan ternyata belum bisa tutup modal. Speechless.

Hingga suatu malam ngobrol sama Mas (panggilan suami kalo dari aku), "Mas, gimana, mau dilanjutkan jamurnya?" tanyaku. Suami ku menjawab, "Ya lihat nanti, gimana hasilnya".  Kemudian hening.

Belum genap memang usaha ini kami jalani. Masih banyak kekurangan sana sini terutama dalam manajemen bisnis. Apalagi kami anak bau kencur dalam urusan perjamuran. Haha...

Kemudian aku melamun merenung lagi, karena curhat sama suami sudah, kuputuskan untuk curhat ke pemilik hati ini, siapa lagi kalo bukan Allah SWT . Dan akhirnya aku mengalah, ternyata aku termasuk dalam orang-orang yang tidak menyukai proses itu sendiri. Ternyata aku ingin sukses secara instan. Kemudian perbanyak istigfar.

"Astagfirullah hal adzim, Astagfirullah hal adzim, Astagfirullah hal adzim". 





Read more

@vikavilanti